Rabu, 18 Januari 2012

15 Januari 2012

Tak pernah menyangka ini terjadi. Kisah cinta suci itu. Namun apalah artinya cinta. Tetap saja yang ada saat ini bukanlah cinta suci. Hmmm, mana mungkin sucinya cinta itu bisa sekotor ini. Seiring dengan mengalirnya air nafsu. Cinta pra nikah itu tergolong nafsu. Tidak menutup kemungkinan kalau aku memang telah melakukan kesalahan. Bermain-main di kubangan setan, sehingga sempat para setan itu menang. Menang menguasai alam bawah sadarku. Selamat anda menang.

Satu alasan mengapa sampai saat ini aku tetap kukuh pada keputusanku. Keputusan yang belum bisa ku sampaikan pada kalian wahai pembaca. Alloh meniupkan anugerah terindah dalam hidup makhluknya dengan cinta. Cinta itu benar-benar tidak pernah ada. Sejak perkenalan kita melalui dunia maya beberapa waktu lalu. Aku tak pernah mencintaimu, menyayangi apalagi. Ingatlah, bahwa hatiku sungguh lelah. Lelah untuk memadukan 2 hati. Tak akan mungkin hati kita terpaut tanpa tujuan yang jelas kecuali karna Alloh. Cukup hanya karna Alloh kita dipertemukan, diperkenalkan, meskipun awalnya tidak pernah terbayangkan. Engkau terlampau hidup di tengah matinya perasaanku waktu itu. Sesuatu yang semakin membuatku heran, mengapa perasaanku berbeda. Tidak seperti biasanya. Kau ini siapa sesungguhnya. Kau menyambutku dengan senyum riang seorang sastrawan. Kau berbeda.

Amuk jiwaku mengunyah sebagian akal. Kau bagaikan merpati putih yang mengeringkan luka hati yang sedang menganga. Sungguh tak berdaya ku menerima obat semacam pembius yang tok car. Kau, kau datang dengan gayamu yang aku sendiri tak biasa dengan orang sepertimu. Kau bukan sekedar preman yang telah merampok perhatianku, namun kau telah menawanku ke dalam separuh hidupmu. Sementara yang separuh ada di jiwaku. M. A. R. (singkatan), ternyata namamu indah sekali. Bagaimana bisa aku tak mengetahuinya selama kita saling kenal. Itu artinya, kau sangat tertutup menjadi mujahid. Dan aku bangga. Kau beda. Beda.

Saat ini kita tak mungkin bisa bercanda lagi tak mungkin bisa saling memberi semangat. Karena Alloh, karena Alloh telah menyediakan tempat kita. CINTA KITA BUKANLAH DI BUMI, TAPI DI SURGA. Aku percaya itu. Aku berada di barisan terdepan, karena kau adalah mujahid yang akan mempertaruhkan nyawamu untuk agama Alloh, Islam. Aku mendukungmu. Untuk agenda-agenda besar itu. Bahkan kau tak pernah memperdulikan perasaanmu sendiri karena amanah ini lebih baik ketimbang lainnya. Di sinilah asal muasal aku semakin menggubu-gebu untuk menopangmu.

Bukan maksudku untuk membuat batas dan memutus tali silaturohim antara kita, aku memegang kata-katamu. Sudah selayaknya kita saling memahami. Di dalam lubuk hati yang terdalam, di lembah hatiku hanya ada 1 kata. Menunggu keputusan Alloh tentang kita. Kau sering sekali bilang kita belum tentu berjodoh, dan aku percaya itu kalau kita memang belum tentu berjodoh. Aku yakin, kau di sana yang jauh dari aku sekarang pasti juga sedang mempersiapkan dirimu sesungguhnya. Siapkanlah tiket surgamu, jangan hiraukan aku. Aku ada di sini baik-baik dan selalu berdo’a untukmu. Bagiku, aku bukan sekedar facebookmu, aku bukan sekedar pengisi kotak masuk di telepon genggammu. Aku yakin kau menempatkanku di suatu tempat di ruang hatimu. Dan aku juga begitu. Andai kau tau, aku tak bisa jauh darimu, namun aku yakin CINTA KITA DI SURGA, BUKAN DI BUMI. Mari kita siapkan istana kita, persiapan pernikahan kita di Surga. Mulai dari sekarang. Aku tak akan menyalahkan waktu, aku tau waktu akan mempercepat bertemunya kita di surga. Dunia ini akan mempercepat usia tuanya supaya kita lekas dipertemukan dalam kuatnya iman. Alloh sebaik-baik penilai antara kita. Biarkan kita berpisah saat ini, aku ingin kekal. Dan kekekalan itu hanya bisa kita peroleh di surga. Memang benar kalau saat ini aku merasa kehilanganmu. Aku harus memutuskan sesuatu yang berat. Bukan berarti aku tak suka, bukan berarti aku ingin kita berpisah, namun lebih cepat kita berpisah, lebih cepat kita dipertemukan kembali. Dalam indahnya surga Alloh. Rumah tangga yang kita bangun di sebuah istana yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. ALLOHU AKBAR.
(Indah, 2012)terlahir dari pengalaman tetangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar